Senin, 02 Mei 2011

Let's Talk with Basa Mandar..!! Dapasiri' Pa'basa Mandar ( Jangan Malu Ma'Basa Mandar..!!)

assalamualaikum wr wb lulaare' nasang...

mungkin judul postingan terasa mengganggu, Insya ALLAH, dengan tidak ada niat ku sama sekali untuk namelo diuangan (mau dibilang..), saya hanya hanya sekedar sharing cerita saja. Kalau lah postingan ini tetap saya tulis dalam bahasa Indonesia dan sesekali (mencoba) berbahasa Inggris (dengan segala keterbatasan pengetahuan saya mudah-mudahan parua bappa tia..) itu juga demi supaya bisa dengan gampang dipahami dan lancar saya tuliskan di sini. Yang saya coba bahas adalah makin tidak bangganya dari sebagian luluare' ta untuk berlisan (bercakap) menggunakan basa Mandar (padahal lahir dan kaiyyang di Mandar banggi..) dan bukan dalam bahasa tulisan. Apalagi mungkin terasa susah juga kalau postingan ini saya basa Mandarri nasangi krn ada sebagian mungkin teman2 yang berdarah campuran yang sudah jarang menggunakan bahasa Mandar.

Seorang teman yang sering saya ajak diskusi kalo pas pulang kampung cukup peduli mengkritisi  makin langka nya orang ma' basa Mandar. Penutur bahasa Mandar di lingkungan kita memang makin terasa sedikit dan kalo tidak ada upaya untuk membiasakan paraita nisibasai mandarri, saicco allo mi, basa mandar akan terlupakan bahkan mungkin akan punah. Sekarang orang tua (khususnya keluarga muda) jarang sekali yang mengajarkan atau dalam interaksi kesehariannya dengan anak-anaknya menggunakan Bahasa Mandar. Tidak usahlah kita berharap ada yang mengajarkan Basa Mandar halus, bahasa Mndar tingkat tinggi. Yang biasa-biasa saja pun sepertinya makin jarang kita dengar. Seperti ada kebanggaan kalau anak-anaknya justru tidak terlalu lancar ma'basa Mandar dan amat menggemaskan meski masih cadel bertutur dalam Bahasa Indonesia. Oke lah mungkin masih wajar andai lingkungan sekitar memang menuntut itu, misalnya karena andiang mi tau tinggal di Mandar, apalagi kalo sampai ke luar negeri dan interaksi kita dengan paratta to Mandar juga jarang sama sekali. Tapi kalau  masih domisili di Mandar apalagi lingkungan kita sangging orang mandar kenapa harus selalu berbahasa Indonesia.  Bolehlah sesekali kita berbahasa lain, malah bagus sekali kalau belajar bahasa asing (Inggris atau Jerman) tapi kalau kemudian bahasa mandar ta sama sekali kita tidak ajarkan kepada anak-anak kita, apakah tidak mungkin, kelak bahasa Mandar akan tinggal sejarah?. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga basa mandar ta?! Tentu sebuah hal yang ironis ketika kita dengan bangga berucap saya orang mandar, tapi ketika orang lain bertanya bahasa mandar nya ini apa kira-kira...kita malah bingung sendiri..

Saya punya pengalaman unik ketika menumpang Bus Piposs dari Makassar menuju Majene, sejak berangkat dari Terminal Daya, di dalam bus jarang sekali ada yang ma'basa Mandar, malah sangging ma'basa Indonesia dii dan anehnya justru bahasa tetangga yang lamat-lamat kedengaran antara penumpang dan sopir, membahas tentang kapan berangkat ke Makassar dan bagaiman urusan, sudah beres apa belum..?? Sorry, saya bukan apriori dengan penutur bahasa lain, tapi saya hanya heran apa salahnya kalau ma'basa Mandarri tau, toh yang dibahas juga soal yang remeh saja..?  Saya tidak cukup yakin kalau si penumpang "rela" berbahasa lain demi menghargai sang Sopir sebagai tamu, karena sebelumnya justru sang Sopir meski dengan bekko nya mencoba ma'basa Mandar tapi si Penumpang (yang saya tahu pasti orang mandar asli itu) yang malah seakan-akan pamer, sok menjadi orang lain di lingkungan (kampung)sendiri.

Luluare nasang...Ingat ungkapan Bahasa menunjukan Bangsa? kendati maknanya tidak sesederhana itu, tapi bolehlah kita pertautkan sedikit. Kalaulah kita sendiri sudah merasa malu menggunakan bahasa kita, apakah tidak layak kita pertanyakan nasionalisme kemandaran kita? Bila orang Jawa demikian bangganya bertutur bahasa ibu mereka di tiap kesempatan dan di tiap tempat, kenapa kita orang Mandar seperti merasa gengsi kalo ma'basa Mandarri tau? apalagi kalau  sementara ditau di Mandar. Orang Jawa (kebetulan banyak sekali teman saya yang berasal dari Jawa) seberapa jauh pun mereka merantau, amat jarang yang sampai lupa atau tidak bisa menggunakan bahasa Jawa. Bahkan kalau lagi kumpul dengan teman-teman yang lain suku, walaupun yang Jawa cuma 2 orang, mereka masih saja dengan entengnya bercakap dalam bahasa tradisionalnya.
Mari berpikir positif saja, bahwa betapa mereka amat bangga dengan kebangsaannya, padahal sudah sama-sama berstatus pendatang. Sementara kita, belum lagi keluar dari kampung sendiri, masih di lingkup Mandar sekalipun, sudah seolah-olah bangga menggunakan bahasa lain dan seperti malu untuk saling sibasai Mandarri. Padahal Bahasa Mandar tidak kurang uniknya. Seorang tetangga saya dulu di Makassar mengakui kalau dari 4 bahasa tradisional di Sulsel, yang paling susah dipelajari itu katanya adalah Bahasa Mandar, karena ada lafal khusus  dan sepertinya memang ditakdirkan hanya lidah orang Mandar yang bisa mengucapkannya.

Akan terasa menyesakkan misalnya, kalau suatu saat kita atau generasi kita ke Mandar tapi yang malah akrab dan terdengar di sana sini adalah bahasanya orang2 pendatang, dan kemudian hati kecil kita akan bertanya-tanya (menyatir syair lagu nya Agnes) "di mana letak (surga) Mandar itu....?!"

Save Our Basa (Mandar)
(inggai'i mie nilestarikani basa ta..)

tawee nasang lulare'
taka
 ______
Artikel diambil dari group To-Mandar di Yahoo!!!...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar